Rabu, 26 Maret 2014

Setelah WhatsApp, Facebook akuisisi Oculus VR senilai Rp 22 T



Merdeka.com - Facebook kembali melakukan aktivitas akuisisi besar setelah berhasil mendapatkan WhatsApp. Kali ini, Facebook resmi memiliki Oculust VR dengan nilai akuisisi Rp 22 triliun.

Seperti yang dilansir IGN (25/3), untuk mendapatkan Oculus VR, Facebook mengeluarkan uang sebesar Rp 4,4 miliar dalam bentuk cash sementara sisanya dirupakan dalam bentuk saham. Oculus VR sendiri adalah produsen dari Oculus Rift, sebuah kacamata virtual yang didesain untuk gaming.

Dengan menggandeng Oculus VR, Facebook sepertinya mencoba untuk serius dalam bisnis game. Zuckerberg sendiri dalam sebuah post Facebook menyatakan bahwa akusisi ini memang dilakukan sebagai komitmen Facebook dalam meningkatkan pengalaman gaming.

"Dengan pengalaman kehadiran yang sebensarnya, batasan jarak bisa dihilangkan antara Anda dan orang terdekat. Bayangkan bertemu tak hanya lewat online, namun juga bertualan bersama," katanya.

Belum diketahui apa proyek besar yang siap dilakukan Facebook untuk kacamata virtual ini. Namun, dipastikan Oculus VR akan tetap berdiri sendiri tanpa ada campur tangan berarti dari Facebook.
[nvl]

Awas, malware automention baru bertebaran lewat inbox FB!

Merdeka.com - Sebuah malware baru beredar di Facebook. Kali ini, perantaranya lewat inbox atau kotak pesan pribadi pengguna.

Jika Anda menemukan ada sebuah pesan dari seorang teman dengan tulisan 'lol' kemudian disertai sebuah tautan file dengan nama 'IMG_xxxxx.zip (x biasanya berisi deretan angka)', maka harap berhati-hati. Jangan sekali-kali klik tautan yang terlihat seperti gambar tersebut karena itu sebenarnya malware.

Jika diklik, maka dampaknya akun Facebook Anda akan disusupi script yang cukup mengganggu. Script ini bisa membaca daftar teman Anda dan kemudian mengirimi mereka semua dengan pesan atau message yang sama persis seperti yang Anda terima di inbox.
malware


Hingga saat ini, belum diketahui bagaimana cara menanggulangi malware tersebut. Oleh karenannya, kehati-hatian pengguna harus jadi senjata utama untuk menangkalnya.

Malware ini sendiri mengingatkan kita pada malware automention yang bertebaran di Facebook beberapa saat lalu. Malware dengan kedok lacak siapa saja yang datang ke laman FB pengguna ini membuat pengguna secara tidak sengaja mention seluruh teman mereka.
source : http://www.merdeka.com/teknologi/awas-malware-automention-baru-bertebaran-lewat-inbox-fb.html

Jumat, 07 Maret 2014

Mengenang Tirto Adhi Soerjo : Pahlawan dan Bapak Pers Nasional dari Blora

Tirto Adhi Soerjo Sang Perintis Pers Indonesia, pribumi asli Blora. (rs-infoblora)
BLORA. Bertepatan dengan Hari Pers Nasional (HPN) ke 68 yang diperingati tanggal 9 Februari 2014 seluruh Indonesia, tentunya tak akan melupakan sosok Bapak Pers Nasional yang juga bergelar Pahlawan Nasional dalam dunia surat kabar di Indonesia di zaman kolonial Belanda.

Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tirto Adhi Soerjo merupakan Bapak Pers Nasional yang lahir pada tahun 1880 di Blora, Jawa Tengah. Sebagai anak priyayi, beliau bersekolah di Stovia (sekolah Belanda) di Batavia. Dari situ dia sering mengirimkan tulisan - tulisannya dalam bahasa Belanda dan bahasa Jawa ke beberapa surat kabar.

Tirto Adhi Soerjo juga berhasil menerbitkan surat kabar sendiri seperti Soenda Berita (1903-1905), dan Medan Prijaji (1907). Surat kabar Medan Prijaji didirikan bulan Januari 1907. Medan Prijaji adalah surat kabar pertama milik pribumi yang dikelola pribumi dan mulai menjadikan pers sebagai alat politik dan kesadaran semangat berbangsa dan nasionalisme.

Medan Prijaji mengusung motto suara bagi mereka semua yang terperintah. Atau untuk semua yang terjajah. Arti kata Medan Prijaji adalah arena para priyayi, alias kaum kelas menengah yang saat itu terdiri dari para bangsawan, pegawai pemerintahan, dan kaum intelektual. Tirto yakin kaum menengah di Hindia Belanda lah yang bisa mengubah kondisi.

Tulisan Tirto galak mengkritisi kelicikan kolonial Belanda. Karena itu Ki Hajar Dewantara menyebutnya jurnalis modern berpena tajam. Sementara itu murid Tirto, Mas Marco Kartodikromo menyebut tulisan Tirto kerap membuat panik pejabat kolonial.

"Raden MA Tirto Adhi Soerjo, joega seorang bangsawan asali dan joega bangsawan kafikiran. Boemipoetra jang pertama kali mendjabat journalist Boemipoetra di ini tanah Djawa, tadjam sekali beliau poenja penna. Banjak pembesar-pembesar jang kena kritiknya djadi moentah darah dan sebagian besar soeka memperbaiki kelakoeannja, jang koerang sopan," tulis Marco sebagai obituari kematian Tirto. Tulisan ini dimuat dalam Djawi Hiswara terbitan 13 Desember 1918.

Tulisan Tirto yang memotret ketidakadilan di antaranya 'Betapa Satu Pertolongan Diartikan'. Artikel ini menyoroti Aspiran Kontrolir A Simon dan Wedana Cangkrep Purworejo. Kasusnya, ada pemilihan lurah di Desa Bapangan, tetapi karena konspirasi kedua orang ini justru calon yang mendapat suara terbanyak dikriminalisasi dan dihukum. Dipilihlah saingannya yang sama sekali tidak mendapat dukungan dari rakyat.

Tirto marah luar biasa mendengar itu. Dia menyebut A Simon sebagai monyet ingusan. Medan Prijaji digugat dalam kasus ini. Demikian ditulis Pramoedya Ananta Toer dalam buku 'Sang Pemula'.

Lalu ada kritik Tirto soal penyalahgunaan wewenang Bupati Rembang Raden Adipati Djojodiningrat dan patihnya Raden Notowidjojo untuk menguasai kursi Bupati Tuban.

Tirto juga menyerang Gubernur Jenderal Idenburg yang melayat Djojodiningrat dengan menyewa iring-iringan 60 taksi. Tirto menyebut ini sebagai pemborosan uang rakyat.

Dia menulis para kepala desa yang memeras rakyatnya di Banten. Memungut pajak seenaknya tanpa aturan. Dalam tulisan yang diterbitkan Medan Prijaji tahun 1909 Tirto menonjok para birokrat kecil di pedesaan.

Seorang Lurah bernama Nada kerap melakukan korupsi. Mulai dari biaya pembangunan balai desa, kambing kurban, hingga uang warisan. Nada lolos dari jerat hukum, dia malah pergi ke Makkah untuk menyuci dosa. Pada masa itu memang ada kepercayaan orang berdosa bisa menghilangkan dosa jika pergi ke tanah suci.

"Untung benar kang Nada si kejam itu, bisa cuci dosanya ke Makkah dan tidak dituntut di muka hakim," geram Tirto.

Cicit Tirto Adhi Soerjo, Okky Tirto yang seorang jurnalis dan peneliti sejarah menjelaskan Medan Prijaji tak cuma menghajar Belanda. Jika ada borjuis-borjuis kecil yang merugikan rakyat, maka tetap akan dihajar. Sesuai dengan motto Medan Prijaji, suara bagi mereka yang terperintah atau yang terjajah.

Tentu saja pemerintah kolonial Belanda tidak begitu saja membiarkan sepak terjang Tirto. Dua kali Tirto ditangkap dan dibuang. Pertama Tirto dibuang ke Telukbetung, Lampung tahun 1910.

Tirto juga dihadapkan ke pengadilan dengan tudingan menghina gubernur jenderal dengan berita iring-iringan taksi. Tanggal 22 Agustus 1912, Tirto diputus bersalah. Dia dihukum enam bulan ke pembuangan di Ambon, Medan Prijaji pun dinyatakan dibredel atau pailit.

Tak hanya itu, seluruh kekayaan Tirto dan modalnya pun dilikuidasi pemerintah Belanda. Berakhir sudah karir sang pelopor pers perlawanan ini. Pada 1913 dia kembali ke Jakarta, sejak itulah sekitar 1914 sampai 1918 dia sakit-sakitan dan meninggal dunia 7 Desember 1918.

Pada 1973, pemerintah mengukuhkannya sebagai Bapak Pers Nasional. Pada tanggal 3 November 2006, Tirto mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional melalui Keppres RI no 85/TK/2006. (rs-infoblora)
Link source : http://www.infoblora.com

Mengenal Sosok Sastrawan Dunia dari Blora, Pramoedya Ananta Toer (6 Februari 1925 - 30 April 2006)

PRAMOEDYA dilahirkan di Blora, di jantung Pulau Jawa, pada 1925 sebagai anak sulung dalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang guru, sedangkan ibunya berdagang nasi. Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora.

Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya. Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan kemudian bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar di kantor berita Domei milik Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan kerap ditempatkan di Jakarta pada akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karier militernya dan ketika dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Pada 1950-an ia tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya, dan ketika kembali ke Indonesia ia menjadi anggota Lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia. Gaya penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi. Hal ini menciptakan friksi antara dia dan pemerintahan Soekarno.

Selama masa itu, ia mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa Indonesia, kemudian pada saat yang sama, ia pun mulai berhubungan erat dengan para penulis di Tiongkok. Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat-menyurat dengan penulis Tionghoa yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia.

Ia merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa pemerintahan mesti dipindahkan ke luar Jawa. Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-Komunis Tiongkoknya. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau Buru di kawasan timur Indonesia.

Selain pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama, selama masa Orde Baru Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan.

Ia dilarang menulis selama masa penahanannya di Pulau Buru, namun tetap mengatur untuk menulis serial karya terkenalnya yang berjudul Bumi Manusia, serial 4 kronik novel semi-fiksi sejarah Indonesia. Tokoh utamanya Minke, bangsawan kecil Jawa, dicerminkan pada pengalaman RM Tirto Adisuryo seorang tokoh pergerakkan pada zaman kolonial yang mendirikan organisasi Sarekat Priyayi dan diakui oleh Pramoedya sebagai organisasi nasional pertama. Jilid pertamanya dibawakan secara oral pada para kawan sepenjaranya, dan sisanya diselundupkan ke luar negeri untuk dikoleksi pengarang Australia dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia.

Pramoedya dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat G30S/PKI, tapi masih dikenakan tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999, dan juga wajib lapor satu kali seminggu ke Kodim Jakarta Timur selama kurang lebih 2 tahun.

Selama masa itu ia menulis Gadis Pantai, novel semi-fiksi lainnya berdasarkan pengalaman neneknya sendiri. Ia juga menulis Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (1995), otobiografi berdasarkan tulisan yang ditulisnya untuk putrinya namun tak diizinkan untuk dikirimkan, dan Arus Balik (1995). Edisi lengkap Nyanyi Sunyi Seorang Bisu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Willem Samuels, diterbitkan di Indonesia oleh Hasta Mitra bekerja sama dengan Yayasan Lontar pada 1999 dengan judul The Mute's Soliloquy: A Memoir

Ketika Pramoedya mendapatkan Ramon Magsaysay Award, 1995, diberitakan sebanyak 26 tokoh sastra Indonesia menulis surat 'protes' ke yayasan Ramon Magsaysay. Mereka tidak setuju, Pramoedya yang dituding sebagai "jubir sekaligus algojo Lekra paling galak, menghantam, menggasak, membantai dan mengganyang" pada masa demokrasi terpimpin, tidak pantas diberikan hadiah dan menuntut pencabutan penghargaan yang dianugerahkan kepada Pramoedya.

Tetapi beberapa hari kemudian, Taufik Ismail sebagai pemrakarsa, meralat pemberitaan itu. Katanya, bukan menuntut 'pencabutan', tetapi mengingatkan 'siapa Pramoedya itu'. Katanya, banyak orang tidak mengetahui 'reputasi gelap' Pram dulu. Dan pemberian penghargaan Magsaysay dikatakan sebagai suatu kecerobohan. Tetapi di pihak lain, Mochtar Lubis malah mengancam mengembalikan hadiah Magsaysay yang dianugerahkan padanya pada tahun 1958, jika Pram tetap akan dianugerahkan hadiah yang sama.

Lubis juga mengatakan, HB Jassin pun akan mengembalikan hadiah Magsaysay yang pernah diterimanya. Tetapi, ternyata dalam pemberitaan berikutnya, HB Jassin malah mengatakan yang lain sama sekali dari pernyataan Mochtar Lubis.

Dalam berbagai opini-opininya di media, para penandatangan petisi 26 ini merasa sebagai korban dari keadaan pra-1965. Dan mereka menuntut pertanggungan jawab Pram, untuk mengakui dan meminta maaf akan segala peran 'tidak terpuji' pada 'masa paling gelap bagi kreativitas' pada zaman Demokrasi Terpimpin. Pram, kata Mochtar Lubis, memimpin penindasan sesama seniman yang tak sepaham dengannya.

Sementara Pramoedya sendiri menilai segala tulisan dan pidatonya pada masa pra-1965 itu tidak lebih dari 'golongan polemik biasa' yang boleh diikuti siapa saja. Dia menyangkal terlibat dalam pelbagai aksi yang 'kelewat jauh'. Dia juga merasa difitnah, ketika dituduh ikut membakar buku segala. Bahkan dia menyarankan agar perkaranya dibawa ke pengadilan saja jika memang materi cukup. Kalau tidak cukup, bawa ke forum terbuka, katanya, tetapi dengan ketentuan saya boleh menjawab dan membela diri, tambahnya.

Semenjak Orde Baru berkuasa, Pramoedya tidak pernah mendapat kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan dikeroyok secara terbuka di koran.
Tetapi dalam pemaparan pelukis Joko Pekik, yang juga pernah menjadi tahanan di Pulau Buru, ia menyebut Pramoedya sebagai 'juru-tulis'. Pekerjaan juru-tulis yang dimaksud oleh Joko Pekik adalah Pramoedya mendapat 'pekerjaan' dari petugas Pulau Buru sebagai tukang ketiknya mereka.

Bahkan menurut Joko Pekik, nasib Pramoedya lebih baik dari umumnya tahanan yang ada. Statusnya sebagai tokoh seniman yang oleh media disebar-luaskan secara internasional, menjadikan dia hidup dengan fasilitas yang lumayan - apalagi kalau ada tamu dari 'luar' yang datang pasti Pramoedya akan menjadi 'bintangnya'.

Pramoedya telah menulis banyak kolom dan artikel pendek yang mengkritik pemerintahan Indonesia terkini. Ia menulis buku Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer, dokumentasi yang ditulis dalam gaya menyedihkan para wanita Jawa yang dipaksa menjadi wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang. Semuanya dibawa ke Pulau Buru di mana mereka mengalami kekerasan seksual, mengakhiri tinggal di sana daripada kembali ke Jawa. Pramoedya membuat perkenalannya saat ia sendiri merupakan tahanan politik di Pulau Buru selama masa 1970-an.

Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga semi-otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri. Ia terus aktif sebagai penulis dan kolumnis. Ia memperoleh Ramon Magsaysay Award untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995.

Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada 2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia. Ia menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memperoleh penghargaan dari Universitas Michigan.

Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok. Pada 12 Januari 2006, ia dikabarkan telah dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak napas dan jantungnya melemah.

Pada 6 Februari 2006 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, diadakan pameran khusus tentang sampul buku dari karya Pramoedya. Pameran ini sekaligus hadiah ulang tahun ke-81 untuk Pramoedya. Pameran bertajuk Pram, Buku dan Angkatan Muda menghadirkan sampul-sampul buku yang pernah diterbitkan di mancanegara. Ada sekitar 200 buku yang pernah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia.

Pada 27 April 2006, Pram sempat tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Pram didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes.

Pram hanya bertahan tiga hari di rumah sakit. Setelah sadar, dia kembali meminta pulang. Meski permintaan itu tidak direstui dokter, Pram bersikeras ingin pulang. Sabtu 29 April, sekitar pukul 19.00, begitu sampai di rumahnya, kondisinya jauh lebih baik. Meski masih kritis, Pram sudah bisa memiringkan badannya dan menggerak-gerakkan tangannya.

Kondisinya sempat memburuk lagi pada pukul 20.00. Pram masih dapat tersenyum dan mengepalkan tangan ketika sastrawan Eka Budianta menjenguknya. Pram juga tertawa saat dibisiki para penggemar yang menjenguknya bahwa Soeharto masih hidup. Kondisi Pram memang sempat membaik, lalu kritis lagi. Pram kemudian sempat mencopot selang infus dan menyatakan bahwa dirinya sudah sembuh. Dia lantas meminta disuapi havermut dan meminta rokok. Tapi, tentu saja permintaan tersebut tidak diluluskan keluarga. Mereka hanya menempelkan batang rokok di mulut Pram tanpa menyulutnya. Kondisi tersebut bertahan hingga pukul 22.00 WIB.

Setelah itu, beberapa kali dia kembali mengalami masa kritis. Pihak keluarga pun memutuskan menggelar tahlilan untuk mendoakan Pram. Pasang surut kondisi Pram tersebut terus berlangsung hingga pukul 02.00. Saat itu, dia menyatakan agar Tuhan segera menjemputnya. "Dorong saja saya," ujarnya. Namun, teman-teman dan kerabat yang menjaga Pram tak lelah memberi semangat hidup. Rumah Pram yang asri tidak hanya dipenuhi anak, cucu, dan cicitnya. Tapi, teman-teman hingga para penggemarnya ikut menunggui Pram.

Kabar meninggalnya Pram sempat tersiar sejak pukul 03.00. Tetangga-tetangga sudah menerima kabar duka tersebut. Namun, pukul 05.00, mereka kembali mendengar bahwa Pram masih hidup. Terakhir, ketika ajal menjemput, Pram sempat mengerang, "Akhiri saja saya. Bakar saya sekarang," katanya.
Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.

Ratusan pelayat tampak memenuhi rumah dan pekarangan Pram di Jalan Multikarya II No 26, Utan Kayu, Jakarta Timur. Pelayat yang hadir antara lain Sitor Situmorang, Erry Riyana Hardjapamekas, Nurul Arifin dan suami, Usman Hamid, Putu Wijaya, Goenawan Mohamad, Gus Solah, Ratna Sarumpaet, Budiman Sudjatmiko, serta puluhan aktivis, sastrawan, dan cendekiawan. Hadir juga Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik. Terlihat sejumlah karangan bunga tanda duka, antara lain dari KontraS, Wapres Jusuf Kalla, artis Happy Salma, pengurus DPD PDI Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta, dan lain-lain. Teman-teman Pram yang pernah ditahan di Pulau Buru juga hadir melayat. Temasuk para anak muda fans Pram.

Jenazah dimandikan pukul 12.30 WIB, lalu disalatkan. Setelah itu, dibawa keluar rumah untuk dimasukkan ke ambulans yang membawa Pram ke TPU Karet Bivak Jakarta. Terdengar lagu Internationale dan Darah Juang dinyanyikan di antara pelayat.

Penghargaan :
  • Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988
  • Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989
  • Wertheim Award, "for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995
  • Ramon Magsaysay Award, "for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995
  • UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence" dari UNESCO, Perancis, 1996
  • Doctor of Humane Letters, "in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999
  • Chancellor's distinguished Honor Award, "for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999
  • Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication Republique, Paris, Perancis, 1999
  • New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000
  • Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000
  • The Norwegian Authors Union, 2004
  • Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004
Organisasi : 
  • Anggota Nederland Center, ketika masih di Pulau Buru, 1978
  • Anggota kehormatan seumur hidup dari International PEN Australia Center, 1982
  • Anggota kehormatan PEN Center, Swedia, 1982
  • Anggota kehormatan PEN American Center, AS, 1987
  • Deutschsweizeriches PEN member, Zentrum, Swiss, 1988
  • International PEN English Center Award, Inggris, 1992
  • International PEN Award Association of Writers Zentrum Deutschland, Jerman, 1999
Bibliografi (daftar karya sastra karangan Pramoedya Ananta Toer) :
Kecuali judul pertama, semua judul sudah disesuaikan ke dalam Ejaan Yang Disempurnakan.
Buku tentang Pramoedya dan karyanya :
  • Pramoedya Ananta Toer dan Karja Seninja, oleh Bahrum Rangkuti (Penerbit Gunung Agung)
  • Citra Manusia Indonesia dalam Karya Pramoedya Ananta Toer, oleh A. Teeuw (Pustaka Jaya)
  • Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis, oleh Eka Kurniawan (Gramedia Pustaka Utama)
  • Membaca Katrologi Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer, oleh Apsanti Djokosujatno (Tera Indonesia)
  • Pramoedya Ananta Toer dan Manifestasi Karya Sastra, Daniel Mahendra, dkk (Penerbit Malka)
  • Pramoedya Ananta Toer, Luruh Dalam Ideologi, oleh Savitri Scherer (Komunitas Bambu, 2012)
  • Pram dari Dalam, Soesilo Toer (Penerbit Gigih Pustaka Mandiri dan Perpustakaan Pataba Blora), 2013.suara.com.hk
Sampai saat ini rumah kediaman Pramoedya Ananta Toer di Blora masih ada dan digunakan sebagai Perpustakaan PATABA (Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa) yang dikelola langsung oleh adiknya yang bernama Soesilo Toer yang kerap dipanggil Pak Soes.

Di Perpustakaan PATABA ini disimpan berbagai macam koleksi karya sastra ciptaan Pramoedya Ananta Toer dan dibuka untuk umum. Alamatnya berada di Jalan Sumbawa nomor 40 Kelurahan Jetis, Kecamatan Blora Kota, Kabupaten Blora. Harapannya dengan didirikannya perpustakaan ini nantinya generasi muda akan lebih tahu siapa Pramoedya itu sebenarnya dan semakin banyak pemuda yang menyukai karya sastra. (rs-infoblora)
Link source : http://www.infoblora.com

Kunjungi Stand GITSGames dan MSV di MBCS 2014

07 Maret 2014. Diposting oleh humas
Setelah sukses menyelenggarakan seminar Advergame dan event Launching Party, kini PT.GITS mengikuti event nasional MBCS di Jogja Expo Center yang berlangsung sejak 8-12 Maret 2014 bersama dengan PT. MSV.
GITS Games mengusung tema Game Pemilu 2014 dan juga mengenalkan game buatan GITS Alliance kepada publik pengunjung pameran tersebut. Beberapa game baru yang akan diperkenalkan seperti Mr. Angry Munchy Alien (Amagine Interactive), Anoman Terbang (Classeven dan Amagine Interactive), Keli Cat (Wi Studio), Asteroid Blaster Space Shooter (SHIOS), dan beberapa game lainnya.Kepada para penggemar berat GITS Alliance, akan dibagikan gift gratis selama pameran.
Sementara MSV menampikan trailer dan berbagai promo dari film animas 2D Battle Of Surabaya (BOS). Film animasi ini sudah ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya dan di event ini bisa melihat perkembangan terbaru dari film tersebut.





Link Source : http://www.amikom.ac.id/

4 Juara di Launch Party Game Dapat Smartphone

05 Maret 2014. Diposting oleh humas
Lomba Launc Party yang diadakan pada hari Rabu, 26 Februari 2014 lalu berlangsung dengan lancar. Acara ini dimeriahkan oleh 4 studio game yang tergabung didalam GITS Alliance, sebuah aliansi khusus yang dibentuk oleh PT.GITSolution.
Bapak Rahmad Taufik sebagai Direktur Operasional PT.GITS menyatakan bahwa acara ini dibuat untuk memperkenalkan layanan baru dari GITS. Sebagai anak perusahaan STMIK Amikom yang bergerak di bidang solusi IT, kini dilengkapi dengan layanan pembuatan game khususnya mobile games dan advergame.
Selain lomba highscore dari 4 studio tersebut (Amagine Interactive, Classeven, Copelabs dan Wi Studio), beberapa studio lokal lainnya juga diundang untuk turut meramaikan acara tersebut.
Talkshow dengan judul “Bagaimana Membuat Mobile Games Sukses Seperti Flappy Bird” juga dibuat dalam rangka membahas kepopuleran game sederhana yang fenomenal itu. Diharapkan banyak mahasiswa dan penonton yang tertarik dan mau menekuni karir di bidang game development seperti yang sudah dilakukan oleh mereka.
Lomba ini diramaikan dengan acara lomba highscore, dimana sudah ada beberapa finalis yang dijaring melalui beberapa kali babak penyisihan sejak akhir Januari 2014 dan acara yang berlangsung adalah puncak final dari lomba tersebut. Akhirnya didapat 4 juara yang masing-masing mendapat 1 gadget smartphone Smartfren Andromax i2 dari tiap studio aliansi.
Lomba yang berlangsung sejak pagi hari ini ditutup sore hari dengan pemberian hadiah kepada semua peserta. Ketua pelaksana Yahu Rahinda dan Koordinator acara Verdiansyah menyatakan bahwa acara ini juga ditujukan sebagai pemanasan awal untuk pameran yang lebih besar yang akan diikuti GITS Alliance di event MBCS di Jogjakarta Expo Center (JEC) pada tanggal 8-12 Maret 2014.
Di event MBCS itu, semua studio GITS Alliance akan kembali mempromosikan game besutan mereka disamping kembali membuat lomba untuk Game Pemilu 2014. GITS Alliance juga memiliki fanpage di http://www.facebook.com/gitsgames.
Link source : http://www.amikom.ac.id/




Seminar Advergame & Peluncuran Game PEMILU 2014

05 Maret 2014. Diposting oleh humas
Bersamaan dengan acara Launch Party oleh 4 studio yang tergabung dalam GITS Alliance di Basement STMIK Amikom pada tanggal 26 Feb 2014 lalu, juga diadakan seminar ADVERGAME- Game sebagai Media Promosi, Edukasi dan Kampanye di ruang Citra 2. Acara ini ditujukan kepada kalangan perusahaan, lembaga dan tentu organisasi lainnya seperti partai.
Bapak Erik Hadi Saputra, selaku Kepala Humas STMIK Amikom memberikan kata sambutan dan mengedepankan berbagai pencapaian yang telah dilakukan oleh STMIK Amikom melalui berbagao anak perusahaan, salah satunya adalah PT. GITSolution yang kini dipimpin oleh Bapak Emha Taufiq Lutfi.
Selain memberikan layanan solusi IT, Bapak Emha Lutfi selaku Direktur PT.GITSolution juga mempunyai visi kedepan dalam pengembangan layanan berbasis multimedia. Implementasinya adalah membuka divisi game development dengan menjalin kerjasama bersama studio Amagine Interactive, Classeven,  Copelabs, Shios dan Wi Studio yang tergabung dalam GITS Alliance.
Acara ini juga dibarengi dengan pemaparan oleh Frida Dwi, CEO dari AGAJO (Agate Jogja) yang menjelaskan fungsi dan kelebihan dari game sebagai media promosi. Tiap produser dari 4 studio aliansi bergantian memaparkan produk dan layanan yang dimiliki. Amagine Interactive diwakili oleh Dennis Adriansyah Ganda, Classeven oleh Ekko Andryan, Copelabs oleh Yanu Rahinda dan Wi Studio oleh Mas Bram.
Puncak acara adalah rilis resmi Game Pemilu 2014 yang dipaparkan oleh Bapak Samuel Henry selaku manajer Gamedev dari PT.GITS. Beberapa media nasional dan lokal juga segera meliput acara ini karena momentum masa pemilu yang sudah didepan mata tidak dilewatkan begitu saja oleh PT.GITS untuk berpromosi.
Terbukti game pemilu ini diminati kalangan muda, ketika artikel ini ditulis, sudah ada belasan ribu download yang dilakukan di Googleplay. Bapak Rahmad Taufik selaku Direktur Operasional PT.GITS menyatakan bahwa game ini memang ditujukan untuk memotivasi generasi muda agar tidak memilih menjadi Golput. Game Pemilu 2014 ini dapat didownload melalui link ke Googleplay berikut ini: http://goo.gl/iqfL32
Link source :  http://www.amikom.ac.id/

Yuk Kenali dan Lestarikan Bahasa Jawa Khas Blora

Bahasa Jawa Blora adalah salah satu dialek dalam bahasa jawa, dituturkan di daerah Kabupaten Blora dan sekitarnya. Dialek Blora secara umum dipertuturkan diseluruh wilayah Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang dan sebagian wilayah perbatasan dengan provinsi Jawa Timur seperti di Kabupaten Bojonegoro. Dialek ini juga digunakan oleh kelompok masyarakat sedulur sikep (samin) yang tersebar di Kabupaten Blora, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Pati.

Dialek ini sebetulnya tidak terlalu berbeda dengan dialek Jawa lainnya, hanya terdapat beberapa istilah yang khas Blora, misalnya: nDak iya "lèh"?? (kira kira artinya sama dengan "Masak iya sih"). Contoh kalimat : Piye "lèh" iki?? Kok "ogak" "mulèh-mulèh", malah dha neng ngisor "greng"?? Nèng kéné hawané "anyep", wetengku wis "lesu". Wis ndang di"genjong", "engko" selak masuk angin. Greng : dhompolan bambu; Ogak : ora = tidak; mulèh : mulih : pulang; anyep : adhem : dingin; lesu : ngelih : lapar; digenjong: diangkat/dibopong; engko : mengko : nanti;

Beda dialèk Blora dengan dialek Bahasa Jawa pada umumnya antara lain:

Akhiran "uh" jadi "oh". Contohnya:
abuh jadi aboh
butuh jadi butoh
embuh jadi emboh
ngunduh jadi ngundoh
suruh jadi suroh
sepuluh jadi sepuloh
utuh jadi utoh

Akhiran "ih" jadi "èh", contohnya:
batih jadi batèh
gurih jadi gurèh
kluwih jadi kluwèh
mulih jadi mulèh
sugih jadi sugèh
sapih jadi sapèh
putih jadi putèh

Akhiran "mu" jadi "em", yang artinya hak milik, contohnya:
omahmu = omahem
klambimu = klambinem
anakmu = anakem

Istilah lainnya:
ambèk = karo
briga-brigi = bedhigasan
gendul = botol
jingklong = lemut = nyamuk
kelar = kuat (contohnya: ora kelar ngglewet = ora kelar obah)
lebi = tutup (lawange ndhang di lebi, selak jingklonge mlebu)
leket = lelet = lambat
lodhong = stoples
mèk =njupuk = mengambil
mèlok = mèlu
menga = ora ditutup (lawang)= terbuka
njuk = njaluk = minta
ndahnéya = ndahléya = "ora bakal klakon" = masak iya sih?
ndara ya = mestinya
ndhenger = mengerti
ngglewet = ngglawat, bergerak
pethitha-pethithi = briga brigi
penging = ora éntuk = dilarang
plekoto = paksa
sitok = sicok = siji = satu
suker = becek
biting = sodo = lidi
jeblok = pentong = berlumpur
gelok = toples
énjoh = kodak = iso = bisa
gablek = nduwe = punya
duwik = duit
wedhi = lemah = pasir
ceblok = jatuh
mbalek = pinter = pandai
mbiluk = pinter banget= pandai sekali
ampo = panganan soko lempung [ marahi gegelen ,marahi ngising angel ]
suwal = sruwal = kathok = clono=celana
Badhokan = Pakanan = makanan
Gathot = ( Pakanan nggawene teko Gebingan (Ubi yang di jemur) (marahi mendem)
Krembal = Adah sego
Daringan = Adah Beras
Cethot = Jajan pasar
Limpang - limpung = Pakanan soko menyok (ubi)
Sandhulog = Pakanan teko menyok njerone ono gulone
Goyang goyang = pakanan soko bedhekan
Slamper = Kulite jagung sing bar di deplok
Tiwul = Pakanan teko menyok
Dumbeg = Pakanan teko bedhegan beras ,trus di adahi godong lontar
Tolok = Adahe pakanan nek ape ngemblok (melamar) nganten (pengantin)
Rinjing = Adahe pakanan nek ape ngemblok (melamar) nganten (pengantin)
Rengkek = Kanggo ngusungi tlethong ning tegal
Sangkek = Adah kanggo belonjo ning pasar
Dobos = Adah kanggo belonjo ning pasar
Kemprol = semprul (suka berbohong)
Kakekane = (Kata kata cacian)


Sumber Referensi :

  1. ^ Ditemukan pula data putEh 'putih', malEh 'malih', winEh 'biji', isEh 'masih' dalam BJBlr (termasuk BJSa) yang dalam BJ lainnya ditemukan putIh 'putih', malIh 'malih', winIh 'biji', dan isIh 'masih'. Kajian geografi dialek bahasa Jawa di Kabupaten Blora
  2. ^ Secara morfologis dalam BJBlr (termasuk dialek Samin) ditemukan data empiris seperti sawahem 'sawahmu', turunem 'anakmu', sapiem 'lembumu' yang dalam BJB dilafalkan sawahmu 'sawahmu', turunmu 'anakmu', dan sapimu 'sapimu' Kajian geografi dialek bahasa Jawa di Kabupaten Blora
Link source : http://www.infoblora.com/2013/07/yuk-kenali-dan-lestarikan-bahasa-jawa.html

Mengubah Stigma Samin

Sosok Samin Surosentiko cenderung dilekati stigma negatif oleh masyarakat. Padahal, ajaran dan prilakunya banyak mengandung nilai-nilai positif sebagai kearifan lokal. Bagaimana bisa mengubah stigma negatif yang telanjur melekat pada sosok Samin ?

Ditulis oleh Sunaryo
================

Tulisan ini berawal dari peristiwa yang tidak terduga saat awal Ramadhan lalu penulis mudik ke kampung halaman di Jepara untuk nyadran. Hari itu, sebut saja Yu Yati, yang sedang menjaga warungnya didatangi oleh laki-laki paruh baya yang tinggal tak jauh dari warungnya. Sehari-hari Yu Yati memanggilnya dengan Lik Jas.


Begitu datang serta merta Lik Jas meminta izin untuk membawa pupuk setengah kuintal dari warungnya. Yu Yati mengizinkan dengan catatan tidak terlalu lama. Ditunggu seminggu , Lik Jas tidak kunjung datang ke warung untuk membayar pupuk. Akhirnya, Yu Yati menyuruh anaknya untuk menagih uang pupuk. Akan tetapi, di sana justru terjadi selisih paham.

Lik Jas tidak mau membayar dengan dalih tidak pernah mengatakan kalau hutang pupuk. “Saya kan tidak pernah bilang hutang pupuk dari emakmu. Saya hanya bilang ingin membawa pupuk dari rumahmu. Dan ternyata emakmu membolehkan,” begitu kilah Lik Jas. Akibat sikap Lik Jas tersebut, Yu Yati mendatangkan beberapa warga untuk ngrumpyung Lik Jas. Karena kalah argumentasi dengan warga dan merasa terdesak, ia mengaku khilaf dan bersedia membayar di kemudian hari.

Setelah itu Yu Yati menjelaskan duduk persolannya kepada warga. Namun yang tidak mengenakkan, setelah mendengar penjelasan tersebut warga seolah dikomanado,” Dasar samin, bawa pupuk kok tidak mau bayar!” Dari peristiwa tersebut menyeruak pertanyaan-pertanyaan liar di kepala penulis. Betulkah Lik Jas merupakan bagian dari komunitas samin ? Betulkah ciri-ciri komunitas samin seperti tergambar pada sosok Lik Jas ? Bukankah perilaku seperti ditunjukkan Lik Jas kerap juga kita temui pada masyarakat biasa, mengapa harus dikaitkan dengan komunitas samin ?

Pertanyaan paling esensiil: Betulkah samin atau komunitas samin berprilaku seperti itu ? Stigma Keliru Dari berbagai literatur yang ada, komunitas samin atau ajaran saminisme tersebar di daerah Blora, Pati, Rembang, Kudus, dan Bojonegoro. Sementara itu peristiwa yang terjadi ini adalah di Jepara. Kalau Lik Jas benar-benar bagian dari komunitas samin, maka kabar yang menggembirakan bagi komunitas ini karena ajarannya semakin tersebar ke daerah lain.

Namun yang menyedihkan, komunitas ini lebih banyak dipahami dari sisi negatif. Ada stigma negatif yang dilekatkan pada komunitas ini. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui hal-hal paradoksal dari stigma ini. Ketika melihat orang ngeyel dan bertahan pada argumentasi, dengan mudah orang melekati stigma samin.

Padahal, belum tentu kengeyelan itu jelek. Banyak juga kengeyelan yang dilandasi oleh keteguhan pendirian dan argumen-argumen yang logis. Bisa juga orang yang ngeyel tersebut karena memegang prinsip sendiri yang berbeda dengan orang lain. Pernah suatu kali ada orang yang sangat jujur dan tidak mau mengikuti arus di lingkungan kerja. Anehnya, dengan mudah orang-orang di sekitarnya menjuluki dengan predikat samin.

Padahal, kejujuran orang ini dilandasi nilai-nilai agama yang dianutnya. Pandangan hidupnya juga mengutkan hal tersebut. Hanya saja, orang ini tidak mau terbawa arus dengan lingkungan. Dalam pemahaman penulis selama bergaul dengan komunitas samin, mereka justru dikenal sangat jujur dan mligi. Contoh sederhana, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan sandang harus bisa dijelaskan secara terbuka asal usulnya dan bagaimana memperolehnya.

Apakah diperoleh secara halal atau haram. Dalam bahasa mereka disebut dengan didunungke. Jadi, semua hal yang dikonsumsi dan dikenakan harus didunungke secara rinci dan logis. Komunitas samin juga dikenal tidak mau menyakiti orang lain, tidak mau petil jumput (tidak mau mengambil barang orang lain yang bukan haknya), tetapi juga tidak mau dimalingi (haknya dicuri). Dalam bahasa komunitas samin disebut dengan angger-angger pratikel (hukum tindak-tanduk).

Hukum ini berbunyi "Aja drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Aja kutil jumput, mbedhog nyolong, yang artinya jangan berbuat jahat, berperang mulut, iri hati, dan dilarang mengambil milik orang lain. Hukum ini menjadi pegangan utama komunitas samin. Jadi, patut dipertanyakan perilaku Lik Jas sebagai representasi masyarakat samin. Dalam sisi yang lain komunitas samin dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Mereka bersikap ramah terhadap orang yang bertamu. Seluruh makanan yang mereka simpan disajikan kepada tamunya dan tidak pernah memikirkan berapa harganya. Sikap seperti ini sering kali membuat para tamu merasa risi dan malu karena mereka sangat jujur, pemurah, dan memuliakan orang yang bertamu. Dan satu hal yang menjadi karakterisik masyarakat samin adalah pola hidupnya yang sederhana dan tidak berlebihan.

Mereka memanfaatkan alam secukupnya saja dan tidak pernah mengeksploitasi. Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah memberi penghidupan kepada mereka dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mereka berpegang pada prinsip banyu podo ngombe (air sama-sama diminum), lemah podo duwe (tanah sama-sama dimiliki), godong podo gawe (daun sama-sama dimanfaatkan). Dengan gambaran di atas sangat tidak beralasan merepresentasikan perilaku Lik Jas sebagai prilaku masyarakat samin. Apalagi, memberi stigma negatif pada komunitas ini.

Dan tidak selayaknya mengidentikkan segala yang negatif dengan stigma samin. Justru kalau mau jujur, banyak perilaku positif dari komunitas samin yang patut kita tiru dan teladani, utamanya nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan, jiwa sosial, dan kearifannya pada alam. Penulis adalah pegawai di Dinas Pendidikan Kabupaten Blora. (dikutip dari citizennews.suaramerdeka.com)
Link source : http://www.infoblora.com/2013/07/mengubah-stigma-samin.html

ASUS Zenbook NX500, Ultrabook 15 Inci 4K Super-Slim Terbaru

Tren tampilan 4K yang mulai banyak diadopsi perangkat mobile saat ini, membuat Asus kepincut untuk kembali menggulirkan produk laptop andalan terbarunya yang didukung kehebatan resolusi tampilan terbaru tersebut.
ASUS-Zenbook-NX500-01
Setelah kabarnya sempat beredar pada pertengahan bulan Februari yang lalu, kini melalui pemberitaan Notebook Itali telah terungkap bahwasanya ASUS saat ini memang tengah mempersiapkan produk laptop andalan terbarunya yang dikenal sebagai ASUS Zenbook NX500 yang disebut-sebut sebagai penerus Zenbook UX51/UX52.
ASUS-Zenbook-NX500-02
Hadir dengan balutan chassis perak yang ramping dan sangat ringan, ultrabook Asus terbaru ini kabarnya akan dibekali oleh panel layar 15 inci yang sanggup menawarkan dukungan resolusi ultra high 4K (3840×2160 piksel).
Selain kemungkinan mengandalkan kekuatan processor Intel Haswell atau Intel 5th-gen architecture (Broadwell) sebagai lini pendaya gedor performanya, ultrabook Asus ultra-slim mendatang ini juga akan dilengkapi oleh speaker titanium lengkap dengan dukungan teknologi audio SonicMaster yang dikembangkan oleh tim Bang & Olufsen ICEpower sehingga sanggup menghadirkan hiburan yang lebih sempurna.
ASUS-Zenbook-NX500-03
Meskipun belum diperoleh rincian resmi terkait ketersediaan dan harganya sejauh ini, tapi dari kabar terakhir yang beredar telah terungkap bahwasanya ASUS kemungkinan akan mengikutsertakan produk ultrabook Zenbook NX500 terbaru ini pada ajang pameran Milan Design Week bulan depan.

Smartphone Sony Xperia Z2 Resmi Diperkenalkan di Indonesia, Dipatok Seharga 8,5 Juta Rupiah

Tak butuh waktu lama bagi para pecinta produk Sony untuk bisa memperoleh smartphone Xperia Z2. Perusahaan asal Jepang itu sudah mengumumkan secara resmi smartphone ini pada Rabu (5/3/2014) kemarin. Smartphone ini pun menurut rencana bakal mulai dijual ke pasar Indonesia pada bulan Maret ini.
sony xperia z2
Pihak Sony pun sudah mengumumkan harga dari smartphone terbarunya ini. Bagi Anda yang tertarik dengan produk ini paling tidak harus mengeluarkan uang sebesar 8,5 juta rupiah.
Smartphone Xperia Z2 ini merupakan suksesor dari Xperia Z1. Namun handphone ini hadir dengan beberapa peningkatan kualitas. Di antaranya adalah prosesor quad core Snapdragon 801 2.3Ghz, AM 3GB, layar 5.2 inci serta kemampuan merekam video 4K HD.
Selain itu, pihak Sony juga mempertahankan beberapa fitur yang sudah ada pada Xperia Z1. Fitur-fitur tersebut antara lain adalah sertifikasi IP58 yang membuat handphone ini tahan air dan debu serta kamera dengan sensor 20MP di bagian belakangnya.
via Kompas
Link source : http://www.beritateknologi.com/smartphone-sony-xperia-z2-resmi-diperkenalkan-di-indonesia-dipatok-seharga-85-juta-rupiah/

Lenovo Siap Hadirkan Perangkat Hibrid Lenovo Miix Generasi Ketiga

Belum lama berselang sejak perangkat hibrid Miix 2 10 dan Miix 2 11 diperkenalkan pada ajang CES 2014 yang lalu, Lenovo baru saja kembali dikabarkan tengah mempersiapkan perangkat hibrid generasi berikutnya yang kemungkinan bakal dikenal sebagai Lenovo Miix 3.
Lenovo-Miix-3-02
Menurut red dot 21, pabrikan PC tersebut memang sedang mempersiapkan perangkat hibrid andalan terbarunya yaitu Miix 3.
Hadir dengan dukungan tampilan layar dan keyboard yang dapat dicopot pasang dengan pola sistem magnetik, perangkat hibrid Miix 3 ini sanggup menawarkan 2 (dua) mode penggunaan berbeda yang dapat disesuaikan dengan berbagai keperluan yaitu sebagai sebuah Notebook ataupun Tablet.
Lenovo-Miix-3-01
Sedangkan di sisi yang lain, berkat pendekatan chassis berwarna warni yang sanggup memanjakan siapapun yang melihatnya konon membuat perangkat hibrid Lenovo Miix 3 ini dapat digunakan untuk perorangan, bisnis maupun hiburan sekalipun.

Sejarah dan Perkembangan Seni Barongan Blora

Written By infoblora.com on May 14, 2013 | 7:44 PM

Seni Barongan Blora yang telah ditetapkan sebagai kesenian khas Blora pada tahun 2009 dengan ciri dan tetabuhan yang berbeda dengan daerah lainnya. (rs-infoblora)
Barongan Blora. Kesenian Barong atau lebih dikenal dengan Kesenian Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Blora lah yang secara kuantitas, keberadaannya lebih banyak bila dibandingkan dengan Kabupaten lainnya.

Seni Barong merupakan salah satu kesenian rakyat yang amat populer dikalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat pedesaan. Didalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti sifat : spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.

Barongan Khas Blora
Barongan dalam kesenian barongan adalah suatu pelengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas.

Adapun tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG AMIJOYO yang berarti harimau besar yang berkuasa. Kesenian Barongan berbentuk tarian kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa.

Peranan Singo Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu : Bujangganong / Pujonggo Anom Joko Lodro / Gendruwo Pasukan berkuda / reog Noyontoko Untub.

Selain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian barongan juga dilengkapi beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai instrumen musik antara lain : Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul. Seiring dengan perkembangan jaman ada beberapa penambahan instrumen modern yaitu berupa Drum, Terompet, Kendang besar dan Keyboards. Adakalanya dalam beberapa pementasan sering dipadukan dengan kesenian campur sari.

Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong.

Adapun secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut :
Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahlah Patih Bujangganong / Pujonggo Anom untuk meminangnya. Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh empat orang perwira diantaranya Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan Kuda sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantarangin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan.

Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji.

Namun setelah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya utuk melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge.

Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal disumbari ia dapat hidup kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke R. Panji, kemudian berangkatlah R. Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong. Pada saat yang hampir bersamaan Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari Bujangganong ( Pujang Anom ) yang dikalahkan oleh Singo Barong.

Dengan rasa amarah Adipati Klana Sawendada mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawendana melawan Singo Barong. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat menaklukkan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa Pecut Samandiman. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.

Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud untuk meminang Dewi Sekartaji. Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding antara Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela Adipati Klana Sawendana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi manusia ( Gembong Amijoyo ) lagi.

Akhirnya Singo Barong Takhluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin. Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenian Barongan.

Seni Barongan di Kabupaten Blora berkembang pesat dan terus eksis di tengah kehidupan masyarakat. Bayangkan saja, dari 295 desa di Kabupaten Blora, terdapat 625 paguyuban kesenian barongan. Artinya, setiap desa minimal memiliki dua grup kesenian barongan.

Apalagi, beberapa budaya tradisi mensyaratkan keterlibatan kesenian barongan di dalamnya. Seperti tradisi sedekah bumi, tradisi bersih desa, tradisi lamporan dll. Tradisi lamporan merupakan ritual tolak bala yang berasal dari Desa/Kelurahan Kunden, misalnya, mengharuskan keterlibatan barongan. Bahkan, justru Singo Barong yang dianggap sebagai pengusir tolak bala.

Tak mengherankan bila kesenian barongan sangat populer dan sangat lekat dengan kehidupan masyarakat pedesaan di Kabupaten Blora. Mereka beranggapan bahwa barongan telah berhasil mewakili sifat-sifat kerakyatan mereka, seperti spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, tegas, kekompakan, dan keberanian yang didasarkan pada kebenaran.

Seni Barongan Blora juga telah menorehkan beberapa prestasi saat mengikuti parade maupun festival budaya baik di tingkat provinsi sampai tingkat internasional. Berikut beberapa dokumentasinya :

Penampilan Seni Barongan Blora dalam Parade Seni Budaya di Semarang tahun 2010 lalu berhasil meraih Juara 1 dari 35 perwakilan Kabupaten Kota se Jawa Tengah. (dok.infoblora)
Penampilan Seni Barongan Blora dalam Parade Seni Budaya di Taman Mini Indonesia Indah tahun 2011 lalu sebagai wakil kesenian Provinsi Jawa Tengah. (dok.infoblora)
Penampilan Seni Barongan Blora dalam event Jogjakarta International Ethnic Culture Festival 2011 di Monumen Serangan Umum 1 Maret Jogjakarta meraih Juara 2, mengalahkan beberapa kesenian dari luar negeri. (dok.infoblora)
Untuk terus melestarikan seni budaya lokal, saat ini Seni Barongan Blora mulai dimasukkan dalam kegiatan ekstrakulikuler di berbagai tingkatan sekolah yang ada di Kabupaten Blora. Mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA semuanya mulai mengadakan ekstrakuliner seni barongan. Harapannya agar kedepan kesenian ini tetap terjaga turun temurun sebagai identitas dan jatidiri masyarakat Blora. (dok.infoBlora)

Arti Lambang Blora

Written By infoblora.com on Apr 11, 2013 | 4:11 PM
CUPU MANIK (HASTA GINA)
Yang berbentuk segi lima melambangkan dasar falsafah Negara, yaitu Pancasila.

GUNUNG KEMBAR
Kesetiaan rakyat Daerah Kabupaten Blora terhadap Pemerintahan Republik Indonesia. Kecintaan rakyat Daerah Kabupaten Blora terhadap Daerahnya.

POHON ENAM BATANG berwarna Hijau berpadu dengan MENARA MINYAK berwarna Putih
Melambangkan kekayaan utama daerah Kabupaten Blora

SUNGAI (Lusi dan Bengawan Solo) yang dilukiskan dengan dua jalur bergelombang dan berwarna Biru.
Melambangkan penyaluran usaha-usaha pemerintah demi peningkatan kesejahteraan rakyat. Menggambarkan bahwa kemakmuran daerah Kabupaten Blora antara lain tergantung kepada pemanfaatan air dari kedua sungai tersebut.

TRISULA
Bertangkai Merah dan berwarna Putih mempunyai arti jiwa kepahlawanan rakyat Daerah Kabupaten Blora, berani bekerja, berani berkorban, dan berani menghadapi kesulitan ketiganya berlandaskan itikad baik.

LINGKARAN berwarna Kuning Emas
Melambangkan sebagai kesatuan dan kedaulatan tekad rakyat Daerah Kabupaten Blora

KALA MAKARA
Sebagai Lambang Kebudayaan dan kesenian daerah rakyat daerah Kabupaten Blora

BINTANG SUDUT LIMA berwarna Kuning Emas
Sebagai lambang segala yang paling tinggi (Tuhan Yang Maha Esa) dan yang harus diagungkan demi keselamatan rakyat lahir dan bathin

PADI dan KAPAS
Motif Dwi Tunggal sebagai lambang kemakmuran

Sesanti Daerah yang berbunyi "CACANA JAYA KERTA BUMI "
Yang diartikan : tempat (arena, medan) kejayaan, kemakmuran dan kedamaian yang langgeng, atau dengan kata lain : "Bumi Kabupaten Blora ini mengandung kekayaan alamiah yang besar, yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, dengan syarat harus berani bekerja keras (makarya)"
Source link :  http://www.infoblora.com/2013/04/arti-lambang-blora.html

Samin dan Ajaran

Samin dan Ajaran

Written By infoblora.com on Aug 21, 2012 | 11:46 PM

Ajaran Samin 


Ajaran Samin (Saminisme) yang disebarkan oleh Samin Surosentiko (1859-1914), adalah sebuah konsep penolakan terhadap budaya kolonial Belanda dan penolakan terhadap kapitalisme yang muncul pada masa penjajahan Belanda abad ke-19 di Indonesia. Sebagai gerakan yang cukup besar Saminisme tumbuh sebagai perjuangan melawan kesewenangan Belanda yang merampas tanah-tanah dan digunakan untuk perluasan hutan jati.

Asal ajaran Saminisme
Ajaran Saminisme muncul sebagai akibat atau reaksi dari pemerintah kolonial Belanda yang sewenang-wenang.Perlawanan dilakukan tidak secara fisik tetapi berwujud penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda misalnya dengan tidak membayar pajak. Terbawa oleh sikapnya yang menentang tersebut mereka membuat tatanan, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan tersendiri.

Tokoh perintis ajaran Samin

Tulisan ini merupakan salah satu dari teks historis-sosiologis yang mencoba disuguhkan untuk mengenal suatu masyarakat secara komprehensif dan mendalam. Dalam tulisan ini akan diuraikan tentang masyarakat samin meliputi; ide terbentuknya masyarakat samin, tiga unsur gerakan Saminisme, masa kepemimpinannya, sumber ajaran Samin, daerah persebaran ajaran Samin, sebab perlawaan orang Samin, pandangan orang Samin terhadap pemimpinnya, potret pemuka masyarakat Samin saat ini, bahasa yang digunakan, kepribadian orang Samin, rites perkawinan orang Samin, pandangan orang Samin pada sebuah nasib, identitas pakaiannya, perkembangan kepercayaannya, dan strategi politik orang Samin.

Tulisam ini diharapkan menjadi suguhan kepada pembaca secara berbeda, karena sampai saat ini masih kentalnya pengetahuan masyarakat akan Orang Samin tidak beda dengan masyarakat yang terbelakang, terisolir dan anti kemajuan. Karena penulis khawatir dari kesekian kalinya kekerasan pada pemeluk aliran kepercayaan sering dipertontontan, dan sangat mungkin terjadi pada pada entitas masyarakat samin.

Tulisan ini merujuk dari berbagai sumber, termasuk buah tangan Sastroatmodjo (2003), film dokumenter mas Arto di Studio 12 Ungaran, dan hasil diskusi hasil KKL (Kuliah Kerja Lapangan) pada saat duduk di bangku kuliah di Program Studi Pendidikan Sosiologi & Antropologi Unnes.

Otak intelektual gerakan Saminisme adalah Raden Surowijoyo. Pengetahuan intelektual Kyai Samin ini di dapat dari ayah, yaitu anak dari pangeran Kusumaniayu (Bupati Sumoroto, yaitu kawasan distrik pada kabupaten Tulungagung Jawatimur). Lelaki kelahiran tahun 1859 di Ploso ini sejak dini dijejali dengan pandangan-pandangan viguratif pewayangan yang mengagungkan tapabrata, gemar prihatin, suka mengalah (demi kemenangan akhir) dan mencintai keadilan. Beranjak dewasa, dia terpukul melihat realitas yang terjadi, dimana banyaknya nasib rakyat yang sengsara, dimana Belanda pada saat itu sangat rajin melakukan privatisasi hutan jati dan mewajibkan rakyat untuk membayar pajak. Pada saat itulah, Raden Surowijoyo melakukan perampokan pada keluarga kaya dan hasilnya dibagi-bagi kepada fakir miskin. Dia juga menghimpun para brandalan di Rajegwesi dan Kanner yang dikemudian hari menyusahkan pihak Gupermen. Pada saat itulah, Kyai keturunan bangsawan ini dikenal oleh masyarkat kecil dengan sebutan Kyai Samin yang berasal dari kata “sami-sami amin” yang artinya rakyat sama-sama setuju ketika Raden Surawijoyo melakukan langkah membrandalkan diri untuk membiayai pembangunan unit masyarakat miskin. Kyai Samin Surosantiko tidak hanya melakukan gerakan agresif revolusioner, dia juga melakukan ekspansi gagasan dan pengetahuan sebagai bentuk pendekatan transintelektual kaum tertindas (petani rakyat jelata) dengan cara ceramah dipendopo-pendopo pemerintahan desa. Isi dari ceramah ini yaitu keinginan membangun kerajaan Amartapura. Adapun pesan substantif yang didengung-dengungkan yaitu meliputi; jatmiko (bijaksana) dalam kehendak, ibadah, mawas diri, mengatasi bencana alam dan jatmiko selalu berpegangan akan budi pekerti.

Namun akhir pergerakan dari Kyai Samin Surosantiko di cekal oleh Belanda dan dibuang di Tanah Lunto pada tahun 1914, yang belum sempat mengaktualisasikan seluruh ide-idenya. Bukan hanya otak pergerakannya, bahkan kitab orang Samin yang ditulisnya juga di sita yang berjudul Serat Jamus Kalimasada, demikian pula dengan kitab-kitab pandom kehidupan orang-orang Samin. Kyai Samin Surosantiko merupakan generasi Samin Anom yang melanjutkan gerakan dari sang Ayah yang disebut sebagai Samin Sepuh. Sehingga masa kepemimpinannya, ajaran Saminisme terbagai dalam dua sekte, yaitu sekte Samin Sepuh dan sekte Samin Anom. Siklus kepemimpinan ini secara mati-matian berusaha menciptakan masyarakat yang bersahaja lahir dan batin. Kyai Samin memiliki sikap puritan, dia bukanlah petani biasa, namun dia adalah cucu dari seorang pangeran. Kyai Samin adalah orang yang gigih dalam menggoreskan kalam untuk membagun insan kamil dengan latar belakang ekonomi yang mapan.

Masyarakat Samin memiliki tiga unsur gerakan Saminisme; pertama, gerakan yang mirip organisasi proletariat kuno yang menentang system feodalisme dan kolonial dengan kekuatan agraris terselubung; kedua, gerakan yang bersifat utopis tanpa perlawanan fisik yang mencolok; dan ketiga, gerakan yang berdiam diri dengan cara tidak membayar pajak, tidak menyumbangkan tenaganya untuk negeri, menjegal peraturan agraria dan pengejawantahan diri sendiri sebagai dewa suci. Menurut Kartodirjo, gerakan Samin adalah sebuah epos perjuangan rakyat yang berbentuk “kraman brandalan” sebagai suatu babak sejarah nasional, yaitu sebagai gerakan ratu adil yang menentang kekuasaan kulit putih.
Ajaran Samin bersumber dari agama Hidhu-Dharma. Beberapa sempalan ajaran Kyai Samin yang ditulis dalam bahasa jawa baru yaitu dalam bentuk puisi tradisional (tembang macapat) dan prosa (gancaran). Secara historis ajaran Samin ini berlatar dari lembah Bengawan Solo (Boyolali dan Surakarta). Ajaran Samin berhubungan dengan ajaran agama Syiwa-Budha sebagai sinkretisme antara hindhu budha. Namun pada perjalannanya ajaran di atas dipengaruhi oleh ajaran ke-Islaman yang berasal dari ajaran Syeh Siti Jenar yang di bawa oleh muridnya yaitu Ki Ageng Pengging. Sehingga patut di catat bahwa orang Samin merupakan bagian masyarakat yang berbudaya dan religius.

Daerah persebaran ajaran Samin menurut Sastroatmodjo (2003) diantaranya di Tapelan (bojonegara), Nginggil dan Klopoduwur (Blora), Kutuk (Kudus), Gunngsegara (Brebes), Kandangan (Pati), dan Tlaga Anyar (Lamongan). Ajaran di beberapa daerah ini merupakan sebuah gerakan meditasi dan mengerahkan kekuatan batiniah guna menguasai hawa nafsu.

Sebab perlawaan orang Samin sebenarnya merefleksikan kejengkelan penguasa pribumi setempat dalam menjalankan pemerintahan di Randublatung. Tindakan perlawanan ini dalam bentuk gerakan mogok membayar pajak, mengambil pohon kayu di hutan semaunya, bepergian tanpa membayar karcis kereta dan sebagainya. Perbuatan di atas membuat Belanda geram dan meyinggung banyak pihak yang menimbulkan kontradiksi yang tak kunjung padam dan membara.

Pandangan orang Samin terhadap pemimpinnya sampai saat ini masih mengakui bahwa Kyai Samin tidak pernah mati, Kyai Samin hanya mokhsa yang menjadi penghuni kaswargan. Tokoh ini dimitoskan secara fanantik, bahkan pada momentum perayaan upacara rasulan dan mauludan sebagai ajang untuk mengenang kepahlawanan Kyai Samin. Setiap pemuka masyarakat Samin selalu berbegangan sejenis primbon (kepek) yang mengatur kehidupan luas, kebijaksanaan, petunjuk dasar ketuhanan, tata pergaulan muda-mudi, remaja, dewasa dan antarwarga Samin.

Bahasa yang digunakan oleh orang Samin yaitu bahasa kawi yang ditambah dengan dialek setempat, yaitu bahasa kawi desa kasar. Orang Samin memiliki kepribadian yang polos dan jujur hal ini dapat dilihat setiap ada tamu yang datang, orang Samin selalu menyuguhkan makanan yang dimilikidan tidak pernah minyimpan makanan yang dimilikinya. Pengatahuan orang Samin terhadap rites perkawinan adalah unik, mereka menganggap bahwa dengan melalui rites perkawinan, mereka dapat belajar ilmu kasunyatan (kajian realistis) yang selalu menekankan pada dalih kemanusiaan, rasa sosial dan kekeluargaan dan tanggung jawab sosial. Orang Samin percaya dalam menuju kemajuan harus dilalui dengan marangkak lambat. Hal ini dapat dilihat dengan perilaku menolak mesin seperti traktor, huller dan lain-lain. Pakaian yang digunakan orang Samin adalah kain dengan dominasi warna hitam dengan bahan yang terbuat dari kain kasar.

Suku Samin juga mengalami perkembangan dalam hal kepercayaan dan tata cara hidup. Kawasan daerah Pati dan Brebes, terdapat sempalan Samin yang disebut Samin Jaba dan Samin Anyar yang telah meninggalkan tatacara hidup Samin dahulu. Selain itu, di Klapa Duwur (Blora) Purwosari (Cepu), dan Mentora (Tuban) dikenal wong sikep, mereka ini dulunya fanatik, tapi kini meninggalkan arahan dasar dan memilih agama formal, yakni Budha-Dharma.

Beberapa pikiran orang Samin diantaranya; menguasai adanya kekuasaan tertinggi (sang Hyang Adi budha), ramah dan belas kasih terhadap sesama mahluk, tidak terikat kepada barang-barang dunia-kegembiraan-dan kesejahteraan, serta memelihara keseimbangan batin dikalangan antar warga. Orang Samin dengan jelas mencita-citakan membangun negara asli pribumi, yang bebas dari campur tangan orang kulit putih, tiada dominasi barat satupun. Ajaran politik yang dikenakan pada suku Samin yaitu cinta dan setia kepada amanat leluhur, kearifan tua, cinta dan hormat akan pemerintahan yang dianggap sebagai orang tua dan sesepuh rohani, hormat dan setia pada dunia intelektual.

Dengan suguhan tulisan ini, diharapkan wawasan dan pengetahuan saya dan pembaca semuanya lebih terbuka serta kemudian mampu bersikap bijak dan arif dalam memandang sebuah reailtas yang ada.

Daerah penyebaran dan para pengikut ajaran Samin
Tersebar pertamakali di daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah. Pada 1890 pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan. Atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menurut peta sekarang.
Dua tempat penting dalam pergerakan Samin adalah Desa Klopodhuwur di Blora dan Desa Tapelan di Kecamatan Ngraho, Bojonegoro, yang memiliki jumlah terbanyak pengikut Samin. Mengutip karya Harry J. Benda dan Lance Castles (1960), orang Samin di Tapelan memeluk saminisme sejak tahun 1890. Dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië (1919) diterangkan, orang Samin seluruhnya berjumlah 2.300 orang (menurut Darmo Subekti dalam makalah Tradisi Lisan Pergerakan Samin, Legitimasi Arus Bawah Menentang Penjajah, (1999), jumlahnya 2.305 keluarga sampai tahun 1917, tersebar di Blora, Bojonegoro, Pati, Rembang, Kudus, Madiun, Sragen, dan Grobogan) dan yang terbanyak di Tapelan.

Wong Sikep
Wong Sikep dari bahasa Jawa, berarti 'Orang Sikep'.Ungkapan ini merupakan sebutan untuk masyarakat penganut ajaran Samin sebagai alternatif Wong Samin.Masyarakat pengikut Samin lebih menyukai disebut sebagai 'Wong Sikep' karena Wong Sikep berarti orang yang baik dan jujur, sebagai alih-alih/pengganti atas sebutan 'Wong Samin' yang mempunyai citra jelek dimata masyarakat Jawa pada abad 18 sebagai kelompok orang yang tidak jujur.
Wong Sikep adalah kelompok masyarakat penganut ajaran Samin yang disebarkan oleh Samin Surontiko (Raden Kohar)(1859-1914).

Konsep ajaran Samin
Pengikut ajaran Samin mempunyai lima ajaran:
• tidak bersekolah,
• tidak memakai peci, tapi memakai "iket", yaitu semacam kain yang diikatkan di kepala mirip orang Jawa dahulu,
• tidak berpoligami,
• tidak memakai celana panjang, dan hanya pakai celana selutut,
• tidak berdagang.
• penolakan terhadap kapitalisme.
Konsep Ajaran Masyarakat Samin masuk dalam kategori Budaya Masyarakat Samin : Keseimbangan , Harmonisi , Kesetaraan Keadilan. Adalah prinsip dan falsafah hidup Masyarakat Samin tetap diyakini sampai saat ini Tahun 2006 . Dengan Tradisi Lisan menjaga Budaya dan Tradisi Lisan kepada generasi dan keturunan tingkat ke 4 adalah suatu hal yang perlu mendaatkan penelitian, yang berlanjut kepada pengakuan akan keberadaan Masayarakat Samin yang mempunyai kekhasan dalam bersikap dan bertindak. Masyarakat statis menjaga tradisi untuk kelanggengan keyakinan.

Pokok-pokok ajaran Saminisme
Pokok ajaran Samin adalah sebagai berikut:
• Agama adalah senjata atau pegangan hidup. Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci agama. Yang penting adalah tabiat dlam hidupnya.
• Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka irihati dan jangan suka mengambil milik orang.
• Bersikap sabar dan jangan sombong.
• Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu dibawa abadi selamanya.Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan pakaiannya.
• Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena dalam perdagangan ada unsur “ketidakjujuran”. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.

Kitab Suci Orang Samin
Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama, orang Samin juga memiliki "kitab suci". "Kitab suci"' itu adalah Serat Jamus Kalimasada yang terdiri atas beberapa buku, antara lain Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, Serat Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab yang amat populer dan dimuliakan oleh orang Samin.
Ajaran dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati) ditulis dalam bentuk puisi tembang, yaitu suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa.
Dengan mempedomani kitab itulah, orang Samin hendak membangun sebuah negara batin yang jauh dari sikap drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Sebaliknya, mereka hendak mewujudkan perintah "Lakonana sabar trokal. Sabare dieling-eling. Trokali dilakoni."

Riwayat hidup Samin
Samin Surosentiko lahir pada 1859 dengan nama Raden Kohar di Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Ayahnya bernama Raden Surowijaya atau Samin Sepuh. Ia mengubah namanya menjadi Samin Surosentiko sebab Samin adalah sebuah nama yang bernafas wong cilik. Samin Surosentiko masih mempunyai pertalian darah dengan Kyai Keti di Rajegwesi, Bojonegoro dan Pangeran Kusumoningayu yang berkuasa di Kabupaten Sumoroto ( kini menjadi daerah kecil di Kabupaten Tulungagung) pada 1802-1826.
Pada 1890 Samin Surosentiko mulai mengembangkan ajarannya di daerah Klopoduwur, Blora. Banyak yang tertarik dan dalam waktu singkat sudah banyak orang menjadi pengikutnya. Saat itu pemerintah Kolonial Belanda menganggap sepi ajaran tersebut. Cuma dianggap sebagai ajaran kebatinan atau agama baru yang remeh temeh belaka.
Pada 1903 residen Rembang melaporkan terdapat 722 orang pengikut Samin yang tersebar di 34 desa di Blora bagian selatan dan Bojonegoro. Mereka giat mengembangkan ajaran Samin. Pada 1907, pengikut Samin sudah berjumlah sekitar 5000 orang. Pemerintah mulai merasa was-was sehingga banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan.
Pada 8 November 1907, Samin Surosentiko diangkat oleh pengikutnya sebagai Ratu Adil dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Kemudian 40 hari sesudah menjadi Ratu Adil itu, Samin Surosentiko ditangkap oleh asisten Wedana Randublatung, Raden Pranolo. Beserta delapan pengikutnya, Samin lalu dibuang ke luar Jawa (ke kota Padang, Sumatra Barat), dan meninggal di Padang pada 1914.
Tahun 1908, Penangkapan Samin Surosentiko tidak memadamkan gerakan Samin. Pada 1908, Wongsorejo, salah satu pengikut Samin, menyebarkan ajarannya di Madiun, mengajak orang-orang desa untuk tidak membayar pajak kepada pemerintah. Wongsorejo dengan sejumlah pengikutnya ditangkap dan dibuang keluar Jawa.
Pada 1911 Surohidin, menantu Samin Surosentiko dan Engkrak salah satu pengikutnya menyebarkan ajaran Samin di Grobogan. Karsiyah menyebarkan ajaran Samin di kawasan Kajen, Pati. Perkembangannya kemudian tidak jelas.
Tahun 1912, pengikut Samin mencoba menyebarkan ajarannya di daerah Jatirogo, Kabupaten Tuban, namun gagal.
Puncak penyebaran gerakan Samin terjadi pada 1914. Pemerintah Belanda menaikkan pajak. Disambut oleh para pengikut Samin dengan pembangkangan dan penolakan dengan cara-cara unik. Misalnya, dengan cara menunjukkan uang pada petugas pajak, "Iki duwite sopo?" (bahasa Jawa: Ini uangnya siapa?), dan ketika sang petugas menjawab, "Yo duwitmu" (bahasa Jawa: Ya uang kamu), maka pengikut Samin akan segera memasukkan uang itu ke sakunya sendiri. Singkat kata, orang-orang Samin misalnya di daerah Purwodadi dan di Balerejo, Madiun, sudah tidak lagi menghormati pamong Desa, polisi, dan aparat pemerintah yang lain.
Dalam masa itu, di Kajen Pati, Karsiyah tampil sebagai Pangeran Sendang Janur, mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membayar pajak. Di Desa Larangan, Pati orang-orang Samin juga mengejek dan memandang para aparat desa dan polisi sebagai badut-badut belaka.
Di Desa Tapelan, Bojonegoro juga terjadi perlawanan terhadap pemerintah, dengan tidak mau membayar pajak. Karena itu, teror dan penangkapan makin gencar dilakukan pemerintah Belanda terhadap para pengikut Samin.
Pada tahun 1914 ini akhirnya Samin meninggal dalam pengasingannya di Sumatra Barat. Namun teror terus dilanjutkan oleh pemerintah Belanda terhadap pengikut Samin. Akibat teror ini, sekitar tahun 1930-an, perlawanan gerakan Samin terhadap pemerintah kolonial menguap dan terhenti.

Sikap Orang Samin
Walaupun masa penjajahan Belanda dan Jepang telah berakhir, orang Samin tetap menilai pemerintah Indonesia saat itu tidak jujur. oleh karenanya, ketika menikah, mereka tidak mencatatkan dirinya baik di Kantor Urusan Agama/(KUA) atau di catatan sipil.
Secara umum, perilaku orang Samin/ 'Sikep' sangat jujur dan polos tetapi kritis.

Bahasa Orang Samin
Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi sikap dan perbuatan yang ditunjukkan.

Pakaian Orang Samin
Pakaian orang Samin biasanya terdiri baju lengan panjang tidak memakai krah, berwarna hitam. Laki-laki memakai ikat kepala. Untuk pakaian wanita bentuknya kebaya lengan panjang, berkain sebatas di bawah tempurung lutut atau di atas mata kaki.

Sistem kekerabatan
Dalam hal kekerabatan masyarakat Samin memiliki persamaan dengan kekerabatan Jawa pada umumnya. Sebutan-sebutan dan cara penyebutannya sama. Hanya saja mereka tidak terlalu mengenal hubungan darah atau generasi lebih ke atas setelah Kakek atau Nenek.
Hubungan ketetanggaan baik sesama Samin maupun masyarakat di luar Samin terjalin dengan baik. Dalam menjaga dan melestarikan hubungan kekerabatan masyarakat Samin memiliki tradisi untuk saling berkunjung terutama pada saat satu keluarga mempunyai hajat sekalipun tempat tinggalnya jauh.

Pernikahan bagi orang Samin
Menurut Samin, perkawinan itu sangat penting. Dalam ajarannya perkawinan itu merupakan alat untuk meraih keluhuran budi yang seterusnya untuk menciptakan “Atmaja (U)Tama” (anak yang mulia).
Dalam ajaran Samin , dalam perkawinan seorang pengantin laki-laki diharuskan mengucapkan syahadat, yang berbunyi kurang lebih demikian : “ Sejak Nabi Adam pekerjaan saya memang kawin. (Kali ini) mengawini seorang perempuan bernama…… Saya berjanji setia kepadanya. Hidup bersama telah kami jalani berdua.”
Demikian beberapa ajaran kepercayaan yang diajarkan Samin Surosentiko pada pengikutnya yang sampai sekarang masih dipatuhi warga samin.
Menurut orang Samin perkawinan sudah dianggap sah walaupun yang menikahkan hanya orang tua pengantin.
Ajaran perihal Perkawinan dalam tembang Pangkur orang Samin adalah sebagai berikut (dalam Bahasa Jawa):

Basa Jawa TerjemahanSaha malih dadya garan, "Maka yang dijadikan pedoman,
anggegulang gelunganing pembudi, untuk melatih budi yang ditata,
palakrama nguwoh mangun, pernikahan yang berhasilkan bentuk,
memangun traping widya, membangun penerapan ilmu,
kasampar kasandhung dugi prayogântuk, terserempet, tersandung sampai kebajikan yang dicapai,
ambudya atmaja 'tama, bercita-cita menjadi anak yang mulia,
mugi-mugi dadi kanthi.” mudah-mudahan menjadi tuntunan."

Sikap terhadap lingkungan
Pandangan masyarakat Samin terhadap lingkungan sangat positif, mereka memanfaatkan alam (misalnya mengambil kayu) secukupnya saja dan tidak pernah mengeksploitasi. Hal ini sesuai dengan pikiran masyarakat Samin yang cukup sederhana, tidak berlebihan dan apa adanya. Tanah bagi mereka ibarat ibu sendiri, artinya tanah memberi penghidupan kepada mereka. Sebagai petani tradisional maka tanah mereka perlakukan sebaik-baiknya.Dalam pengolahan lahan (tumbuhan apa yang akan ditanam) mereka hanya berdasarkan musim saja yaitu penghujan dan kemarau. Masyarakat Samin menyadari isi dan kekayaan alam habis atau tidak tergantung pada pemakainya.

Pemukiman
Pemukiman masyarakat Samin biasanya mengelompok dalam satu deretan rumah-rumah agar memudahkan untuk berkomunikasi. Rumah tersebut terbuat dari kayu terutama kayu jati dan juga bambu, jarang ditemui rumah berdinding batu bata. Bangunan rumah relatif luas dengan bentuk limasan, kampung atau joglo. Penataan ruangnya sangat sederhana dan masih tradisional terdiri ruang tamu yng cukup luas, kamar tidur dan dapur. Kamar mandi dan sumur terletak agak jauh dan biasanya digunakan beberapa keluarga. Kandang ternak berada di luar di samping rumah.

Upacara dan tradisi
Upacara-upacara tradisi yang ada pada masyarakat Samin antara lain nyadran (bersih desa) sekaligus menguras sumber air pada sebuah sumur tua yang banyak memberi manfaat pada masyarakat. Tradisi selamatan yang berkaitan dengan daur hidup yaitu kehamilan, kelahiran, khitanan, perkawinan dan kematian. Mereka melakukan tradisi tersebut secara sederhana.

Masyarakat Samin saat ini

Perubahan zaman juga berpengaruh terhadap tradisi masyarakat Samin. Mereka saat ini sudah menggunakan traktor dan pupuk kimiawi dalam pertanian, serta menggunakan peralat rumah tangga dari plastik, aluminium dan lain-lain.
source link : http://www.infoblora.com/2012/08/samin-dan-ajaran_21.html



Video Kearifan Lokal Sedulur Sikep (Samin) di Kabupaten Blora


Referensi
• Judul Buku : Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin kabupaten Blora Jawa Tengah
• Penulis : Dra. Titi Mumfangati, dkk
• Penerbit : Jarahnitra, 2004, Yogyakarta
• Halaman : xiii + 164
• Astroatmodjo (2003) film dokumenter mas Arto di Studio 12 Ungaran hasil diskusi hasil KKL (Kuliah Kerja Lapangan) pada saat duduk di bangku kuliah di Program Studi Pendidikan Sosiologi & Antropologi Unnes